AKAL YANG HILANG
Sebuah puisi reflektif tentang kehilangan, makna hidup, dan pencarian arah di tengah pergulatan batin manusia dalam menghadapi penderitaan dan perpisahan.
SASTRA INDONESIA
Kang Udin
4/16/20251 min read
AKAL YANG HILANG
Waktu mengalir tiada tercegah
Jumpa berpisah hal yang biasa
Hari ini masih kita nikmati keseruan bersama
Suka tak suka, esok harus kita tanggalkan semua
Rute dan jadwal perjalanan setiap manusia telah tercatat sempurna
Sementara mimpi dan angan terus membayang di kepala
Juga geliat sisi gelap jiwa
Yang menghalangi pendar cahaya
Apakah kita habiskan waktu dan tenaga untuk kesia-siaan?
Menuruti desakan kehendak selera diri rendah
Yang memperalat akal pikiran untuk meraih kebahagiaan
Yang akhirnya hampa
Memiliki dan kehilangan adalah pasangan sejati
Seperti halnya hidup dan mati
Semua yang berawal dari memiliki
Pasti akan berakhir dengan kehilangan
Berpisah adalah kehilangan yang biasa
Bersiaplah untuk merasakan kehilangan selanjutnya
Seringkali manusia tak rela menerima kehilangan
Seakan kehilangan adalah kehancuran bagi dirinya sendiri
Lalu berputus asa:
“Jika kehadiranku di dunia ini hanya untuk menyaksikan manusia-manusia busuk
Yang tanpa hati terus menindas lalu memamerkan kebahagiaannya
Sementara keinginan dan mimpi-mimpi orang lain untuk bahagia pun dirampasnya
Untuk apa aku hidup?”
“Siapa yang menghendaki aku lahir?
Jika aku tahu bahwa hidup hanya pengembaraan yang melelahkan
Melewati kubangan derita yang satu menuju kubangan derita lainnya
Yang akhirnya harus berhenti pada kematian
Aku tidak mau dilahirkan.”
Teriak seorang pemuda pemabuk
Aku termenung sejenak
Berbagai pandangan para filsuf dan kaum agama tentang hidup
Sempat menyinggahi benakku
Dari Barat berpendapat bahwa hidup itu digerakkan oleh keinginan dan gagasan
Keinginan dan gagasan yang tidak terwujudlah yang melahirkan penderitaan
Maka pandai-pandailah mengatur dan mengontrol keinginan dan gagasan
Yang lain berpendapat penderitaan adalah tantangan
Dalam proses pembentukan karakter
Lain Barat, lain pula Timur
Yang memandang penderitaan sebagai sebab
Ketiadaan ilmu dalam memahami hidup
Sementara Islam dengan tegas mengatakan
Bahwa kehidupan dunia adalah penjara bagi orang-orang beriman
Maka berprasangka baiklah kepada Tuhanmu
Sebab Ia hadir sesuai persangkaanmu
Terimalah pembagianmu
Ikhlaskan dalam setiap amalmu
Hadapi duka derita dengan senyuman
Dan waspadai kegembiraan sebagai jebakan yang melalaikan
Pertemuan dan perpisahan akan terus bergulir sepanjang waktu
Seperti kata penyair:
"Jangan sesali pertemuan
Jangan tangisi perpisahan."